PEMURNIAN GARAM DAPUR
Lab. Kimia Anorganik Jurusan Kimia
Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 1 Sekaran Gunungpati Semarang
50229, Indonesia
ahmadafifridwan@yahoo.co.id, 087832325316
Abstrak
Tujuan dari praktikum pemurnian garam dapur atau
NaCl ini adalah untuk mempelajari metode rekristalisasi NaCl dengan penambahan
bahan pengikat pengotor, selain itu juga bertujuan untuk menghitung kadar NaCl.
Langkah dalam percobaan ini adalah dengan memurnikan garam dapur sampai dengan
endapan pengotor diperoleh dengan cara disaring, dan diuapkan sampai kering,
serta ditimbang kristalnya dan menghitung rendemen dari garam dapur murni yang
diperoleh. Setelah itu melakukan standarisasi larutan AgNO3 dengan
indikator larutan K2CrO4 5 persen. Langkah berikutnya,
melakukan titrasi terhadap kristal garam dapur sebelum direkristalisasi dan
sesudah direkristalisasi dengan indikator K2CrO4 5
persen. Dari percobaan, diperoleh rendemen garam dapur murni sebesar 80,4
persen, standarisasi larutan AgNO3 diperoleh 0,0896 N, kadar garam
kotor sebelum direkristalisasi sebesar 89,10 persen, sedangkan setelah
direkristalisasi kadar garam menjadi 84,86 persen. Dapat disimpulkan dari hasil
percobaan yang telah diperoleh bahwa rekristalisasi yang dilakukan memberikan
lebih banyak pengotor dalam garam dapur ini. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
kadar NaCl setelah rekristalisasi lebih sedikit dibandingkan dengan kadar NaCl sebelum direkristalisasi. Penyebab semakin
kotor garam hasil rekristalisasi salah satunya yaitu terlalu banyak penambahan
larutan Ba(OH)2 yang bereaksi dengan larutan HCl ke dalam larutan
garam, sehingga mengakibatkan terbentuknya BaSO4 yang merupakan
pengotor.
Kata kunci : kadar garam; pemurnian garam;
rekristalisasi; standarisasi; titrasi
Abstract
The purpose of the practicum purification or
NaCl salt is NaCl to study the recrystallization method with the addition of
binders impurities, but it also aims to calculate the concentration of NaCl.
Step in this experiment is to purify salt to precipitate impurities obtained by
filtered, and evaporated to dryness, and weighed to calculate the yield of the
crystalline and pure salt is obtained. After that standardized AgNO3
solution with 5 percent K2CrO4 indicator solution. The
next step, titrating the salt crystals before and after recrystallized K2CrO4
indicator 5 percent. From the experiments, the yield obtained pure salt at 80.4
percent, standardization gained 0.0896 N AgNO3 solution, salinity
dirty before recrystallized by 89.10 percent, while after the recrystallized
salt content be 84.86 percent. It can be concluded from the experimental
results that have been obtained that the recrystallization is carried out to
provide more impurities in the salt. This is shown by the results after
recrystallization NaCl concentration less than the concentration of NaCl before
recrystallized. Ba(OH)2 which reacts with HCl solution into the salt
solution, resulting in the formation of BaSO4 is an impurity.
Keywords: salinity; purification of salt;
recrystallization; standardization; titration
Pendahuluan
NaCl atau sering dikenal dengan garam dapur
merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Garam dapur
merupakan media pengawetan makanan, perasa makanan dan lain sebagainya. Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari garam dapur. Pentingnya
kegunaan garam dapur salah satunya untuk konsumsi, menyebabkan garam dapur
dipergunakan di masyarakat luas. Garam diperoleh dari penguapan air laut yang
kemudian mengkristal atau biasa disebut garam krosok. Garam krosok atau garam
yang belum dimurnikan masih mengandung zat-zat pengotor seperti Ca2+,
Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-,
I-, Br- (Anonim, 1989). Berangkat dari hal tersebut, maka
dilakukanlah pemurnian terhadap garam dapur atau garam krosok.
Untuk
meningkatkan kualitas garam yang diperoleh dari laut dilakukan berbagai cara
seperti kristalisasi bertingkat, rekristalisasi, pencucian garam, dan pemurnian
dengan penambahan bahan pengikat pengotor. Apabila tidak dilakukan pemurian,
maka garam yang diperoleh melalui proses penguapan air laut tersebut masih
mengandung senyawa-senyawa seperti MgSO4, CaSO4, CaCO3, KBr dan sebagian kecil
KCl (Jumaeri, 2003).
Percobaan
pemurnian NaCl bertujuan untuk mempelajari rekristalisasi NaCl dengan
penambahan bahan pengikat pengotor dan menghitung kadar NaCl. Natrium adalah logam putih perak
yang lunak, yang melebur pada 97,5 0C. Natrium teroksidasi dengan
cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut
nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk Natrium
Hidroksida dan Hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation
monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna,
hampir semua garam natrium larut dalam air. Kebanyakan klorida larut dalam air,
Merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbale klorida,
PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah
larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismuth oksiklorida,
BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II) oksiklorida, HgOCl2,
tak larut dalam air (Vogel, 1979).
Kristalisasi
dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal
dengan kualitas seperti yang diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat
ditentukan dari parameter-parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal),
kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu syarat terjadinya
kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi. Kondisi supersaturasi
adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di atas harga kelarutannya.
Kondisi supersaturasi ini dapat dicapai dengan cara penguapan, pendingin atau
gabungan keduanya. Terdapat dua phenomena penting pada proses kristalisasi
yaitu pembentukan inti kristal (nukleasi) dan pertumbuhan kristal (crystal
growth) (Puguh, et al., 2003).
Endapan
adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan.
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,
dan pada komposisi pelarutnya (Dina dan
Istikomah, 2009).
Bahan
pengikat adalah bahan yang membuat sesuatu menjadi terikat (Hadyana,1992).
Sedangkan pengotor adalah zat-zat asing yang keberadaannya tidak dikehendaki
dalam zat murni (Gilreath E. S, 1984). Jadi bahan pengikat pengotor adalah
bahan atau zat yang dapat digunakan untuk mengikat zat-zat asing yang
keberadaannya tidak dikehendaki dalam zat murni. Secara teori garam yang
beredar di masyarakat sebagai garam konsumsi harus mempunyai kadar NaCl minimal 94,7 % untuk garam
yang tidak beriodium (SNI, 1994:1). Sesuai SNI nomor 01-3556-2000 (Anonim,
1994), garam beriodium adalah garam konsumsi yang mengandung komponen utama
NaCl (Natrium Klorida/Mineral) 94,7 %, air maksimal 5 % dan kalium iodat (KIO3)
mineral 30 ppm, serta senyawa-senyawa lain sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan, namun pada kenyataannya kadar NaCl pada garam dapur jauh dibawah
standar.
Metode
Dalam
percobaan pemurnian garam dapur atau NaCl ini dapat dilakukan beberapa
langkah. Awal mulanya yaitu 50 mL
aquadest dalam bekerglass dipanaskan sampai mendidih dengan pemanas spiritus beberapa
saat. Kemudian sebanyak 2,5 gram garam dapur yang sudah ditimbang dengan neraca
analitik dimasukkan ke dalam air panas sambil diaduk menggunakan pengaduk dan
dipanaskan lagi sampai mendidih lalu disaring dengan kertas saring. Ke dalam
filtrat dimasukkan CaO sebanyak 0,05 gram yang telah ditimbang dengan neraca
analitik. Setelah muncul endapan, maka endapan harus disaring lagi dengan
kertas saring dan corong kaca. Kemudian filtratnya ditambahkan larutan Ba(OH)2
1,0 M dengan pipet tetes, tetes demi tetes sampai tetes terakhir tidak terbentuk
endapan lagi lalu disaring kembali dengan kertas saring dan corong kaca.
Setelah itu, ke dalam filtrat yang telah disaring tersebut, ditambahkan
kira-kira 10 mL larutan (NH4)2CO3 0,10 M dengan
pipet tetes, tetes demi tetes sampai tetesan terakhir tidak membentuk endapan.
Larutan dibiarkan selama 10 menit, sehingga tampak jelas endapan yang terjadi.
Larutan kemudian disaring dan dinetralkan filtratnya dengan HCl encer (diuji
dengan kertas indikator universal). Setelah pH larutan netral, larutan diuapkan
sampai kering di atas kompor gas dengan berwadahkan lumpang. Setelah kering, kristal
yang terbentuk ditimbang dengan neraca analitik dan endapan pengotor yang diperoleh juga
ditimbang dengan neraca analitik.
Langkah
berikutnya yaitu menentukan kadar NaCl sebelum dan sesudah rekristalisasi. Sebelum
melakukan titrasi untuk menentukan kadar NaCl, terlebih dahulu dilakukan
standarisasi larutan AgNO3. Sebanyak 0,2022 gram sampel garam dapur
ditimbang dengan neraca analitik dan dilarutkan ke dalam 100 mL aquadest
menggunakan labu takar 100 mL. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer
dan mengecek pHnya dengan kertas indikator universal, jika terlalu asam maka
ditambahkan larutan NaHCO3 dan jika terlalu basa ditambahkan HNO3
dengan pipet tetes hingga pH netral. Untuk titrasi argentometri diambil
sebanyak 10 mL saja, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.Ke dalam erlenmeyer
ditambahkan 1 mL indikator K2CrO4 5 %. Kemudian larutan
dititrasi dengan AgNO3 0,1 N sampai larutan berwarna merah bata. Ion
perak dari AgNO3 akan bereaksi dengan ion Cl-
menghasilkan endapan putih. Proses titrasi di atas diulangi sebanyak 2 kali.
Setelah
konsentrasi larutan AgNO3 diketahui, selanjutnya adalah penentuan
kadar NaCl. Penentuan kadar yang pertama adalah penentuan kadar NaCl kotor atau
yang belum direkristalisasi. Sebanyak 0,2568 gram sampel garam kotor yang telah
ditimbang dengan neraca analitik dilarutkan dalam 100 mL aquades di dalam labu
takar, kemudian dipindahkan ke dalam Erlenmeyer. Dicek pHnya dengan kertas
indikator universal, jika terlalu asam ditambahkan larutan NaHCO3
dan jika terlalu basa ditambahkan HNO3 hingga pH netral. Sebanyak 10
mL larutan diambil dengan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang
kemudian ditambahkan 1 mL indikator K2CrO4 5%. Larutan
kemudian dititrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai larutan
berwarna merah bata. Proses titrasi tersebut diulangi sebanyak 2 kali.
Penentuan
kadar selanjutnya adalah penentuan kadar NaCl hasil rekristalisasi. Sebanyak
0,2504 gram sampel garam kotor yang telah ditimbang dengan neraca analitik
dilarutkan dalam 100 mL aquades di dalam labu takar, kemudian dipindahkan ke
dalam Erlenmeyer. Dicek pHnya dengan kertas indikator universal, jika terlalu
asam ditambahkan larutan NaHCO3 dan jika terlalu basa ditambahkan
HNO3 hingga pH netral. Sebanyak 10 mL larutan diambil dengan pipet
tetes dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang kemudian ditambahkan 1 mL
indikator K2CrO4 5%. Larutan kemudian dititrasi dengan
larutan standar AgNO3 sampai larutan berwarna merah bata. Proses titrasi
tersebut diulangi sebanyak 2 kali.
Hasil Dan Pembahasan
Analisis Data
1. Menghitung rendemen
garam rekristalisasi
Persentase NaCl yang
diperoleh = (berat NaCl murni/berat NaCl kotor) x 100 %
= (2.0220/2.514) x 100 %
= 80,4 %
2. Standarisasi larutan
AgNO3
NNaCl = (massa NaCl pa/Mr NaCl) x (1000/V larutan)
= (0.2022/58.5) x (1000/100)
= 0,0345 N
Vtitrasi
AgNO3 =
3,96 mL
VNaCl = 10 mL
maka ;
NaCl = AgNO3
V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,0345 = 3,96
. N2
N2 = 0,0896
N
Jadi, Normalitas AgNO3
standar sebesar 0,0896 N.
3. Menghitung Kadar NaCl
sebelum rekristalisasi
Massa NaCl = 0,2568 gr
Volume larutan = 100 mL
Mr NaCl = 58,5
NaCl = AgNO3
V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 4,35 . 0,0896
N1 = 0,0391
N
Kadar NaCl = 89,10 %
4. Menghitung kadar NaCl
setelah rekristalisasi
Massa NaCl = 0,2504 gr
Volume larutan = 100 mL
Mr NaCl = 58,5
NaCl = AgNO3
V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 4,05 . 0,0896
N1 = 0,0363
N
Kadar NaCl = 84.86 %
Hasil praktikum
percobaan pemurnian NaCl disajikan dalam Tabel 1.
Percobaan ini yaitu bertujuan untuk
memurnikan natrium klorida yang berasal dari garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. NaCl
merupakan komponen utama yang akan dimurnikan karena mengandung zat pengotor
yang berasal dari ion – ion Ca2+, Mg2+, Al3+,
SO42-, dan Br-.
Reaksi-reaksi
pada pemurnian NaCl:
·
2NaCl
(aq) + CaO (s) → CaCl2 (aq) + Na2O
(aq)
·
CaCl2(aq) + Na2O(aq) + Ba(OH)2(aq) → 2NaOH(s) + BaCl2(aq) + CaO(aq)
·
2NaOH(s) + BaCl2(aq) + CaO(aq) + (NH4)2CO3(aq) → NaCl(aq) + Ba(OH)2(aq) + CaCO3(s) + NH4Cl(aq)
·
NaCl(aq) + Ba(OH)2(aq) + NH4Cl(aq)
+ HCl(aq) → BaCl2(aq) + NaCl(aq) + NH3(aq) + Cl2(aq) + H2O(s)
Mula-mula dilarutkan NaCl dengan akuades yang
telahdipanaskan dan kemudian disaring. Setelah itu filtrasi dari larutan
dikristalisasi melalui penguapan dengan menambahkan serbuk CaO.
2NaCl (aq) + CaO (s)
→ CaCl2 (aq) + Na2O (aq)
Fungsi dari penambahan serbuk CaO adalah untuk memutihkan NaCl yang akan
direkristalisasi. Larutan yang telah ditambahkan serbuk CaO tadi kemudian
ditambah lagi dengan larutan Ba(OH)2 encer untuk mengikat zat
pengotor berupa Ca2+, Mg2+, Al3+.
CaCl2(aq) + Na2O(aq) + Ba(OH)2(aq) → 2NaOH(s) + BaCl2(aq) + CaO(aq)
Untuk mengikat lagi zat pengotor yang masih tersisa yaitu berupa SO42-,
dan Br- larutan tersebut ditambahkan dengan larutan (NH4)2CO3.
2NaOH(s) + BaCl2(aq) + CaO(aq) + (NH4)2CO3(aq) → NaCl(aq) + Ba(OH)2(aq) + CaCO3(s) + NH4Cl(aq)
Selain itu penambahan zat-zat tertentu akan
menjenuhkan larutan NaCl yang akan menghasilkan NaCl murni. Larutan yang telah
ditambahkan berbagai zat-zat tersebut kemudian dipanaskan akan berubah dari
larutan garam kotor menjadi garam murni, penyebabnya karena larutan tersebut
jika dipanaskan akan menguap. Larutan garam kotor dan air yang telah disaring
tadi airnya menguap, sedangkan garam kotornya terikat oleh penambahan zat-zat
pemutih atau pembersih. Hasil dari filtrate saringan tadi dinetralkan dengn
HCl.
NaCl(aq)
+ Ba(OH)2(aq) + NH4Cl(aq)
+ HCl(aq) menjadi BaCl2(aq) + NaCl(aq) + NH3(aq) + Cl2(aq) + H2O(s)
Hasil dari filtrate saringan tadi dinetralkan dengan
larutan HCl. Tujuannya yaitu untuk menetralkan garam yang nantinya akan
terbentuk agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa. Kemudian diuapkan sampai
kering sehingga diperoleh Kristal NaCl yang warnanya lebih putih dari garam
dapur. Kristal NaCl yang telah diperoleh ditimbang dan diketahui kadar
rendemennya sebesar 80,4 %. Dengan kadar NaCl sebelum rekristalisasi yaitu
sebesar 89,10 % dan kadar NaCl setelah rekristalisasi sebesar 84,86 %. Ini
menunjukkan bahwa dalam pemurnian garam dapur tersebut kurang teliti, sehingga
hasilnyapun berbanding terbalik. Dari hasil rekristalisasi kadar NaClnya justru
berkurang dibandingkan dengan dengan sebelum dilakukan rekristalisasi. Hal ini
disebabkan ketika rekristalisasi terlalu banyak menambahkan larutan seperi
Ba(OH)2 yang mana dapat larut dalam air dan menimbulkan ion SO42-
sehingga akan semakin banyak pula pengotor yang dihasilkan.
Ba(OH)2(aq) +
HCl(aq) --> BaSO4(aq)
Selain
itu, kesalahan pengecekan pH yang tidak tepat netral pada saat titrasi dapat
menyebabkan penambahan pengotor pada garam.
Garam hasil pemurnian atau rekristalisasi memiliki
lebih banyak pengotor karena kadar garamnya lebih sedikit dibandingkan dengan
kadar garam sebelum direkristalisasi. Hal ini berarti garam hasil percobaan
tidak layak dikonsumsi masyarakat yang diketahui senyawa pengotornya banyak dan
kadar garamnya kurang dari 94,7%. Dimana kadar garam rekristalisasi yang
diperoleh sebesar 84,86%. Nilai ini lebih kecil dari kadar garam kotornya yaitu
sebesar 89,10%.
Daftar Pustaka
Aprilia, Lia. 2013. Pemurnian NaCl dan
iodisasinya. http://google.com/. 19 Maret
2014 diakses pukul 19:35 WIB
Aritonang, Herlinawati. 2009. Pemurnian Garam
Dapur secara kristalisasi. http://google.com/.
19 Maret 2014 diakses pukul 19:09 WIB
Harjito, 2013, Panduan penulisan manuskrip., diunduh di
www.facebook.com/groups/chemisfun/shshhsnshhhs.pdf pada tanggal 1 September
2013.
Lesdantina, Dina, dkk, 2009. Pemurnian NaCl dengan menggunakan Natrium
Karbonat. http://google.com/. 19 Maret
2014 diakses pukul 19:00 WIB
Setyo, puguh, dkk. 2003. Studi eksperimental
pemurnian garam NaCl dengan Cara Rekristalisasi. Surabaya : Jurusan Tekhnik
Kimia,Universitas Surabaya, Vol.11 No.2
Sulistyaningsih, Triastuti, dkk. 2010. Pemurnian
Garam Dapur melalui Metode Kristalisasi Air Tua dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3
dan Na2C2O4-Na2CO3.
Volume 8. http://google.com/. 19 Maret 2014
diakses pukul 19:05 WIB
Vogel, 1945. Analisis Anorganik Kualitatif.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar